Minggu Siang di Glen Ridge,
Apa kalian percaya jatuh cinta pada pandangan pertama? atau pernah mengalami berawal dari teman kemudian jadi nyaman?
Kebersamaan dalam cerita-cerita tanpa tema tapi penuh makna, tentu saja menjadi awal mula tumbuhnya rasa sayang.
Ya, banyak bukti menamparku bahwa kita tak hanya jatuh cinta sekali. Dulu aku keras kepala, jatuh cinta berkali-kali pada seorang yang sama. Kini aku mulai menyadari bahwa kita bisa saja jatuh cinta pada orang yang berbeda di saat yang bersamaan.
Namanya #AnganSenja “I don’t have middle name”, katanya padaku pada suatu sore. Tak banyak bertegur sapa, pertama kali jumpa aku sudah merasa kalau aku jatuh cinta padanya. Walau awalnya kami masih malu-malu, kini kami berbagi guling dan terbangun di pagi hari dari tempat tidur yang sama.
Aku selalu suka berada dekat anak kecil. Mereka selalu kaya akan imajinasi dan penuh dengan ekspresi. Ya demikianlah si Angan Senja. Aku bahkan tidak pernah tahu bagaimana dia bisa menata dirinya, hingga orang selalu merasa senang bersamanya. Layaknya magnet dengan medan positif, semakin dekat dengannya membuat aku semakin bahagia. Demikian pula saat aku sedih, dia seperti menarikku untuk selalu tertular bahagianya.
Aku menantinya seperti sore hari yang selalu memberikan harapan dan keindahan. Seperti menunggu datangnya waktu sendu, untuk mengadu dan diteduhkannya.
Dia, Angan Senja.
Pada suatu tengah malam, aku pernah menangis terisak mengetuk pintu rumahnya. Suhu minus di luar menambah sakit mataku untuk berusaha tegar melangkah. Ku intip, dia sudah tertidur pulas melingkar. Aku menangis sejadi-jadinya, mengeluarkan seluruh sumpah serapah dan mengutuk segala hal yang terasa tak adil bagiku. Dia bergeming, seolah menyediakan waktu untukku melepaskan sesak yang sudah tak kuat lagi ku tahan. Dia membiarkanku berteriak dan menuding ini salah, itu salah. Dia memberikan waktu hingga aku lelah dan memilih untuk pasrah.