Spread love everywhere you go. Let no one ever come to you without leaving happier – Mother Teresa
Sebelum Nyepi, saya dihubungi oleh tim redaksi Kabar Cikal. Sebuah undangan untuk berkontribusi di majalah sekolah anak saya. Senangnya bukan kepalang karena saya termasuk pembaca rutin yang selalu dibuat terkesima dengan keteladanan para guru dan buah pikir para siswanya. Kesempatan berharga ini tepat pada peringatan Hari Perempuan Sedunia 2021.
Terlalu pelik menyelami dunia perempuan, apa ya yang sebaiknya saya sampaikan dalam tulisan kali ini?
Ini kali kedua saya berkesempatan ngobrol dengan rekan perempuan anggota asosiasi alumni program beasiswa Amerika-Indonesia (ALPHA-I). Pulang dari Amerika, Ibu satu anak ini gencar melebarkan sayap usaha ikut menguatkan pondasi finansial rumah tangganya. Valent bercerita dengan terbuka tentang keputusannya menjadi mompreneur di sela-sela aktivitasnya menjadi peneliti muda. Bukan tanpa persiapan dan asal seruduk saja. Kebutaannya tentang literasi keuangan keluarga di masa kecil dulu membuatnya semangat untuk belajar dan menantang diri sendiri menekuni usaha kuliner rumahan. Dari sekian banyak jenis kuliner hits lokal hingga mancanegara, ia memilih jualan jus.
Jadi perempuan mandiri secara finansial itu penting. Yang ga kalah pentingnya lagi, mesti berusaha dengan giat dan halal tentunya.
Tengah malam adalah waktu puncak produktivitasnya para ibu. Apa saja bisa tercetus dan terlaksana secepat kilat walau kadang seperti tak mungkin diterima akal sehat. Hahaha demikianlah yang ku rasakan ketika obrolan kami bertiga,Widhi, Reni dan Doi berujung pada sebuah ide untuk membuat wadah inspirasi dan relaksasi untuk para ibu di Bali. Kebersamaan kami saling menerima dan menguatkan memberikan nutrisi pada proses bertumbuhnya kami sebagai individu. Manfaat itu yang ingin kami sebarkan dalam wadah yang lebih besar, sehingga bisa merangkul lebih banyak ibu-ibu perkasa.
Transisi Menuju Jadi Ibu
Berkawan sejak masa putih abu kami bersama-sama menikmati canda tawa hingga melewati hari paling kelabu. Setelah sekian dekade terpisah oleh jarak dan perjalanan hidup membentuk diri, senang sekali akhirnya kembali bertemu setelah jadi ibu. Sebuah privilese, kesenangan bisa punya tempat berkeluh kesah dan tak perlu bersandiwara. Seringkali pertemanan pura-pura namun sesak dalam dada membuat kita memendam perih yang sebenarnya perlu diterima dan diobati menjadi terabaikan.
It’s ok not to be okay. Sebuah privilese menjadi diri sendiri tanpa perlu beretorika.