Generasi Millennial, generasi yang konon katanya travel addict, budak teknologi, dan tak mau ribet dengan urusan kepemilikan.
Sebutan travel addict ini muncul ditengarai dengan terseksposenya tempat-tempat wisata anti mainstream dengan ribuan hastag yang bertebaran sebagai caption saat diunggah di social media. Budak teknologi, ketika generasi 80-90an ini lebih memilih untuk sibuk dengan ponsel sendiri daripada mengobrol dengan penumpang lain saat dalam angkot atau kendaraan umum. Tak mau sampai tua bekerja hanya untuk melunasi utang, bisa jadi penjabaran yang pas untuk mengekspresikan kebebasan generasi ini dalam mendefinisikan kata sukses. Sukses bukan lagi diukur dari seberapa banyak rumah atau mobil yang bisa kita beli. Sukses versi kekinian adalah mereka yang menginvestasikan kekayaannya dalam bentuk pengalaman, pengetahuan dan inovasi. Sebuah artikel yang berjudul Why young people don’t buy cars and apartments menyebutkan, di Amerika Serikat penduduk yang berusia di bawah 35 tahun yang dikenal dengan sebutan “the generation of renters” memaknai fleksibiltas dan kemandirian dalam hidup lebih tinggi nilainya daripada sekadar kekayaan materi belaka.

Jumat yang padat (seperti biasa, saya sudah mulai terbiasa) menikmati Bali yang super macet bersaing dengan kota Metropolutan Jakarta atau Kota Banjir penuh cinta, Bandung. Bali penuh sesak dengan genangan banjir dan kenangan nostalgia mantan pacar. *apeeeu #SempatGenGalau.
*Plak!
Doi Fokus! Continue reading “~Tentang Uber & Generasi Millennial”