Posted in Tentang Anak

~Tentang Alasan Sekolah Daring

Memilih sekolah yang tepat dan sesuai dengan nilai-nilai dalam keluarga adalah hal penting yang dapat diusahakan dan dipersiapkan dengan baik oleh orang tua. Ini adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pola pengasuhan di keluarga. Luangkan waktu, lakukan pengenalan terhadap kebutuhan anak, situasi kita dan kondisi sekolah. Terlebih pada masa pandemi, semua orang diharapkan mampu berstrategi dan beradaptasi dengan lebih baik agar komunikasi bisa berlangsung dengan lancar.

Diskusi, mencari informasi, dan membandingkan opsi saat memilih sekolah/program bermain @chamarachacha jadi salah satu pengalaman belajar yang berharga dan menantang untuk saya dan @ngurahpandu ketika menjalani peran sebagai orang tua.
Proses panjang yang melibatkan segala perhitungan terkait pemenuhan kebutuhan anak, keadaan orang tua serta kondisi sekolah itu sendiri. Kami awali proses belajar ini dengan membekali diri. Kami membaca website sekolah, melihat update aktivitasnya di sosial media, memahami kurikulum yang berpihak pada kebutuhan anak, termasuk mencoba kelas percobaan (jika ada) di tiap sekolah.

Apakah perlu sampai sebegitunya? tentu saja ia. Ini adalah bagian dari kesuksesan pengasuhan di keluarga kami. Ini yang dulu orang tua kami sepakati dan lakukan, bahwa memilih sekolah adalah hal penting dan perlu disiapkan dengan matang.⁣
Beruntung sekarang kami bisa belajar lebih banyak karena akses dan informasi sudah terbuka lebar.⁣ Namun demikian juga, opsi jadi bertambah banyak sehingga kami harus ingat pada tujuan utama yang ingin dicapai keluarga. Berbekal Prinsip CINTA dari Keluarga Kita kami mendefinisikan latar belakang keputusan untuk sekolah dilihat dari tiga aktor pentingnya:

  1. Anak: Pahami kebutuhan anak.
    • Jika kami amati selama di rumah, Charita kebutuhannya lebih pada kegiatan sosialisasi, interaksi dan komunikasi. Keterbatasan yang dirasakan saat pandemi ini memberikan ruang bertumbuh bagi keluarga kami untuk berlatih dan belajar menyesuaikan diri, khususnya bagi Charita. Karantina mandiri sukarela yang kami lakukan otomatis meniadakan playdate di playground, main ke taman sama teman apalagi bertemu langsung untuk ngobrol dan bercerita. Terlebih kondisi keluarga kami di rantauan yang menyebabkan interaksi langsung Charita dengan support system keluarga besar ikut berkurang drastis. Memenuhi kebutuhan sosialisasi, interaksi dan komunikasi di periode belajar usia dini menjadi penting untuk diperhatikan. Lebih penting lagi untuk selalu dipertimbangkan dengan cara seksama agar anak aman dan nyaman.
    • Hal lain yang menjadi perhatian adalah kebutuhan dalam memfasilitasi Charita mengembangkan minat dan bakatnya. Dia terlihat sangat antusias mengikuti kelas main warna, menikmati tiap sesi cerita juga aktif ikut gerak-gerak. Ketika kebutuhannya dapat kami ketahui, fasilitasi dan kembangkan maka kami berharap kemandirian bisa bertumbuh seiring proses belajarnya.
  2. Orang tua: Sesuaikan dengan Situasi Orang tua (atau pendamping).
    • Berbekal hasil listing opsi dari berbagai provider, orang tua diberikan pilihan yang bisa disesuaikan dengan lokasi wilayah, situasi keuangan, durasi pendampingan serta hal teknis lainnya. Ingat jika keputusan ini tidak hanya menjadikan anak sebagai subyek, namun orang tua juga akan terlibat dalam prosesnya. Pastikan kita siap dengan segala kemungkinan termasuk komitmen dan ekspektasi diri sendiri. Bicarakan dan setting ekspektasi agar sesuai dengan realita. Diskusi dengan pasangan menjadi hal penting untuk mencegah kekecewaan atau drama tidak perlu ketika sekolah berlangsung (dan sudah terlanjur bayar hehehe).
    • Loh kenapa mesti sekolah? toh orang tuanya di rumah saja. Ibu Bapaknya sekolah tinggi dan bukankah momen terbaik anak belajar adalah ketika bersama orang tua sekaligus membangun kelekatan. Untuk apa sih cari pihak ketiga? apalagi anak masih kecil. Jawabannya sederhana, ya karena saya dan suami juga manusia dengan segala keterbatasan. Kami baru dua tahun jadi orang tua dan latar belakang pendidikan memang bukan dari pendidikan anak usia dini walau kami sama-sama tertarik untuk mendalami. Singkatnya kami sendiri butuh kesempatan untuk belajar jadi orang tua yang baik. Pilihan untuk mencari bantuan tenaga ahli terkait pendidikan anak menjadi pilihan yang kami sepakati. Setelahnya kami tetap berdiskusi dan tetap membandingkan opsi tiap provider.
    • Berada di rumah bukan berarti diam aja di rumah. Malah ketika membawa semua aktivitas yang biasanya dilakukan di luar rumah ke dalam rumah adalah sebuah tantangan bagi orang tua. Membuat jadwal harian baru, membagi fokus, membuat kesepakatan jaga, kompromi dengan gangguan yang mungkin mempengaruhi profesionalitas kerja (semacam kalau lagi dengerin seminar sambil masak atau ikut meeting tapi ga keburu mandi dulu karena mesti beberes rumah. Efek lainnya bisa jadi ada ‘bintang tamu’ yang memaksa ikut serta hadir di layar ketika presentasi. Demi menjaga kewarasan bersama, memberikan aktivitas dan pengalaman bermain dan belajar untuk anak juga menjadi strategi yang baik. Hingga sekarang Cha sekolah dia selalu gembira setiap buka laptop dan ketemu tante guru serta teman-teman. Secara mandiri ia bisa berkegiatan seperti misalnya berinisiatif ikut baca buku saat jam sekolah sudah berakhir atau pura-pura bekerja dan duduk di sebelah kami dengan laptop mainanya.
  3. Sekolah: Tahu Kondisi Sekolah (Luar Dalam)
    • Kesesuaian kurikulum dengan metode pengasuhan anak. Tidak ada hal-hal prinsip yang bertentangan dengan kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut keluarga. Komunikasi yang terbuka antara pihak sekolah dengan orang tua siswa.
    • Kondisi Sarana dan Prasarana. Sebelum pandemi ini jadi pertimbangan kami. Saya dan suami memang lebih condong untuk memilih sekolah dengan halaman yang luas daripada sekolah di pertokoan yang ramai. Ketersediaan lapangan olahraga serta aktivitas penunjang di luar sekolah juga menjadi nilai plusnya. Dengan situasi sekarang, strategi untuk mengenal sekolah lebih dekat bisa dilakukan dengan mengikuti kegiatan uji coba daring atau langsung menghubungi pihak sekolah pada nomor yang disediakan, jika memungkinkan virtual tour juga bisa dipertimbangkan. Dengan demikian diharapkan persiapan bisa dilakukan lebih detail dan komprehensif. Mengingat pentingnya keputusan ini yang akan memengaruhi perkembangan dan kesuksesan anak serta membantu kami untuk menemukan partner bersinergi dalam menyelaraskan pola asuh formal-informal.

      Kami merasa beruntung karena masih sempat datang ke site sekolah langsung sebelum pandemi. Kunjungan langsung ke sekolah diterima oleh dewan guru dan disertai dengan aktivitas keliling sekolah. Nah untuk orang tua yang ingin melakukannya sekarang namun masih fokus pada pencegahan pandemi dan memilih beraktivitas dari rumah saja, jangan khawatir ya. Menyikapi pandemi ini ada banyak juga sekolah yang menyelenggarakan kegiatan Open House secara daring. Lalu bagaimana pengalaman setelah mengikuti sekolah daring? kami ceritakan di tulisan selanjutnya ya. 🙂

Kunci Utama: Yang perlu dilakukan adalah meluangkan waktu untuk berkomitmen melakukan persiapan-persiapan di atas.

Referensi: Buku Keluarga Kita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *