We don’t necessarily have to talk every day…for weeks. (Oh wait, like we talk everymins then *wink) and yes! when we do, it’s like we never stopped talking.
Breastfriends Teor!

Sebelum bercerita lebih jauh, mungkin ku buka tulisan ini dengan menyampaikan simpulan. Jika pada akhirnya lingkaran pertemanan cenderung mengecil seiring pertambahan usia ~ well…seiring rutinitas rollercoaster motherhood journey, maka bisa ku pastikan bahwa mereka adalah teman bertransisi dan bertumbuh dalam segala ketidakpastian. Seperti ingatan untuk selalu bersyukur ketika suatu waktu kami berlatih menerima diri kami di masa kini. Mereka adalah alasan bahwa bahagia itu sederhana, ketika logika berjalan saat logistik terpenuhi.
Pertemuan kami diawali dari pertemuan rutin yoga para calon ibu di bilangan Bintaro Area. Aku sendiri sudah mulai ikut yoga sejak trimester pertama. Alasannya klasik, aku bosan di rumah karena baru pindah dari Bali. Sebenarnya waktu itu aku cukup terhibur dengan pekerjaan daring yang masih ku bawa dari Bali. Namun jujur, pengalaman pertama menghadapi perubahan dalam tubuh, mood dan perjalanan hidup membuatku ingin mengembangkan diri dalam lingkaran baru. Teman, keluarga, famili tak enak jika ku hubungi sepanjang waktu, topik obrolan seputar kehamilan tentu tidak akan sinkron jika tak sefrekuensi. Aku ceritakan kegalauan ini pada suami, lalu mendaftarkan yoga hamil adalah salah satu alternatif yang ia tawarkan.
Ahhh..lucu jika diingat-ingat lagi. Awalnya aku hanya ikut kelas perkenalan. Kemudian didaftarkan perbulan, hingga akhirnya papski berinisiatif mendaftarkan aku dengan paket hingga mendekati waktu lahiran. Senin-Rabu senam hamil di RS; Selasa, Kamis, Sabtu ikut yoga hamil. Benar-benar merasa seperti sedang WAMIL, eh iya beneeer…aku kan seorang WAnita haMIL. Hahaha keseruannya akan ku ceritakan di tulisan lainnya. Membayangkan diri mesti disiplin olahraga saja mumetnya bukan main. Tapi ternyata semua berhasil dijalani dengan baik, karena pertemuanku dengan buibu teor garden ini.
Rasanya aku pertama kali kenalnya sama Bucha. Kenal hanya sebatas menyapa tiap yoga bersama. Selain karena aku yang datangnya mepet dengan waktu mulai (WKWKWK KEBIASAAN!) Bucha juga biasanya sudah ngobrol dengan kelompok ibu-ibu lainnya di barisan depan kanan. Kesan pertama jumpa, jelas… waduh ini kok ada adek SMA hahaha benar! ini bukan pujian, Bucha memang salah satu bumils yang menarik perhatianku karena imut-imut dan orangnya rame. Pribadinya yang supel bikin orang nyaman ketika cerita atau mendengar celotehannya.

Selanjutnya aku kenal dengan mamitik. Sama, awalnya ga akrab juga. Kenalnya sebatas nyapa dan minta tolong tek’in yogamat. LOL. Beliaunya juga rada cuek hahaha persis warga ibukota lah, gitu pikirku. Tapi setelah kenal lebih dekat ternyata orangnya superperhatian. Persis kayak Mamasara! hahaha awal kenal kayak yang slengean gitu orangnya. Dia favorit banget pakai kaos gombrong, ngobrolnya luancaaar dan setelah akrab baru kutahu kalau dia memang penyiar. (pantesan ngaliiir…) Nah, Mendekati HPL beberapa kali ku lihat Mamitik ikut kelas sama Mamasara. Aku sebagai penghuni terlama (LoL~secara gabung dari hamil muda) aku jadi punya teman lintas generasi. Nah Mamasara satu yang paling beken dan ikrib sama pelatih. Ngobrolnya asyik, apa adanya dan yang paling ku ingat ketawanya renyah banget hihihi. Ibarat kata kalau di kelas ya, mamasara adalah tumbal teman sekelas buat nemenin guru ngajar dan jawabin semua pertanyaan guru. Hahaha. Aku ingat pernah ikut nimbrung eh tiba-tiba ditanya,”iya kan menurut lo gimana?” eh..oh..uh. Aku masih loading pertanyaan dan cuma ketawa aja HAHAHA. Dalam kesempatan lainnya aku jadi kang fotonya bucha dan mamitik. Kebetulan mereka lagi pakai baju kembaran dan ku pikir mereka teman sekolahan ~ikrib beneeer sampai janjian baju HAHAHA. Pokoknya, mereka jagonya bikin suasana jadi cair. Ga kebayang sih kalau project podcast beneran jadi, itu obrolan bakal lanjut jadi berapa episode. Banjiiiir…seperti persahabatan kami ngalir aja, semakin lama semakin kuat dan semakin santuy aja.
Dari keempat buibu teor, pertemuan dengan Mamdhelah yang paling beda. Aku kenal dari buibu Teor lainnya sebagai teman sekelas mereka saat CBE (Child Birth Education). Aku ingat pertama kali ketemu sama mamdhe malah ditraktir bebek goreng. Waktu di resto pas lagi asyik makan, Cha malah nangis kejer. Aku si ibu barupun panik dan beruntung mamdhe ikut nenangin dengan becanda bareng Cha. Oiya, mamdhe adalah bu guru, jadi kami sering dapat asupan ilmu dari beliau hihihi.
Dari sekian banyak peristiwa, yang menyatukan kami adalah Low Back Pain LOL punya keluhan yang sama, sependeritaan. Selanjutnya kami janji temu untuk olah raga bareng, trial sesi bayi bersama, makan ramai-ramai sampai akhirnya pindah ketemunya di rumah masing-masing. HAHAHAHA takut diusir sama pramusaji karena membuat kekacauan! Sayang pandemi sudah keburu menyerbu, padahal belum semua rumah kami jelajahi hihihi.


YEAAAY MAMITIK YUKENDUIT!!!
Note:
Nah sebentar lagi akhir Juli-Agustus-awal September, kami akan menggelar perhelatan akbar ULTAH PARA BOCAH!
Aku yakin intensitas ngobrol bakal berkurang. Para mamak sibuk jadi EO! Ngedesain dan ngisi goodybag, dekor rumah, nentuin menu, ngelist pengiriman semua dilakukan sendiri. Kami selalu semangat menyambut bulan-bulan ini. Well…honestly deg-degan sih. Hiks kadang ga terasa ya waktu berjalan cepat. (eh ralat, waktu jadi lambat kalau anaknya makan sambil sembur-sembur. Tiap diajakin apapun selalu jawab NO NO NO. Selalu menolak ini itu. Ga muluk-muluk aku maunya meluk hangat dan ngucapin semangat! YES WEKANDUIT!