“Ahhh…tidak ada yang harus begini harus begitu”, Mak.

Hari ini aku senang sekali setelah diumumkan menang giveaway Ruang Tengah, Sobat Buku Gramedia Pustaka Utama, untuk ikut diskusi via zoom. Topiknya tentang menumbuhkan percaya diri anak dengan buku. Topik menarik, plus ada Mbak Reda Gaudiamo musisi dan penulis kesayangan Keluarga Chamara! Selain itu tentu saja kami sangat antusias belajar dari Ibu Ditha seorang psikolog anak mengenai tantangan dan strategi dalam membersamai anak membaca.
Mbak Reda bercerita tentang awal mula ia mengajak anaknya membaca. Sebagai ibu yang dulu jam kerjanya sungguh luar biasa padat dan banyak yang tak terprediksi, ia ingin anaknya punya teman melalui kegiatan membaca. Dengan suaminya, ia juga berbagi peran. Membacakan cerita sesuai kegemaran dan gaya tersendiri. Kesepakatan bersamanya adalah tak menilai dan menghakimi pilihan anaknya. Serunya lagi, kadang anaknya juga bergantian membacakan cerita untuk orang tua. Sama seperti ibunya, Soca juga sudah bisa membaca sebelum mulai masuk sekolah. Neneknya lah yang mewariskan metode belajar membaca tokcer, “ba bi bu be bo” yang digunakannya dulu pada Mak-ibunya, kemudian kembali dipraktikkan pada Soca untuk mengenali huruf dan suku kata. It’s works. Ia bisa dan gemar membaca hingga dewasa dalam berbagai bahasa. Bahkan mereka pun berhasil menulis buku bersama.
Dari sisi psikolog, Ibu Ditha mengatakan bahwa mengawali kebiasaan membaca pada anak ini bisa dilakukan sejak usia dini, bahkan bisa dimulai ketika masih dalam kandungan. Mengajak anak usia dini membaca bukan semata-mata melatih kemampuan membacanya tapi juga terkait bonding dengan orang tua. Tatapan mata dan pelukan hangat antara anak dan orang tua, mengenali perbedaan suara dan ekspresi serta mendengarkan kalimat dengan kata-kata yang bisa dipahami dan diingat oleh anak menjadi manfaat yang membawa kebaikan untuk anak.
Beliau memberikan beberapa tip dalam memilih bacaan untuk anak agar proses membaca dan pemahaman dapat berlangsung secara optimal.
Untuk anak usia 1-3 tahun, sebaiknya diberikan buku yang minim tulisan karena cara anak untuk fokus ke objek masih terbatas. Sehingga ada baiknya jika gambar yang disajikan tidak kompleks, jumlah objek yang digambar tidak banyak namun mewakili apa yang diceritakan. Alur ceritanya pun sederhana atau bahkan hanya sebatas pengenalan objek. Warna cerah menarik perhatian. Menggunakan ragam tekstur untuk stimulasi indera peraba. Material aman seperti kain yang lembut, plastik anti air atau boardbook yang keras.
Catatan penting yang disampaikan oleh kedua narasumber adalah pentingnya kerja sama antara anak dan anggota keluarga lainnya. Bersama pasangan atau keluarga kita bisa berkomitmen dan konsisten untuk rutin membacakan buku. Membuat negosiasi membaca buku apa temanya dan berapa judul yang akan dibacakan untuk kesepakatan waktu.
Lalu seperti apa peranan kita sebagai orang tua dalam memilihkan buku yang bermanfaat untuk anak? Hal ini kembali ke orang tua masing-masing apakah ingin menyajikan semua buku bertabur ajaran moral atau membebaskan anak untuk menemukan sendiri sahabat baiknya atau bahkan dirinya sendiri dalam bacaan tersebut.
Ahhh, Mbak Nathalie Indri adalah moderator favoritku! Beliau selalu saja seru dan tampil dengan luar biasa memandu acara dan mengemasnya jadi segar dan menyenangkan. Terima kasih juga Cha yang anteng banget ikut nangkring di sebelah momski dengan laptop mininya.
Baca buku apa kita malam ini, Nak?