Posted in Tentang Anak, Tentang Keluarga

~tentang menyapih dan tidur pisah

“Kenapa ga tegas aja? jangan luluh sama tangisan. ‘Cry me out’⁣ bagus untuk bentuk kemandirian anak lho.”
“Lalu kapan anak akan merasa cukup mandiri untuk memenuhi kebutuhan nyaman dan menciptakan rasa amannya sendiri?⁣”

Akhirnya perjalanan parenting kami memasuki pintu dua tahun. Merasakan langsung pengalaman berinteraksi bersama anak gadis Memasuki usia twonager, aku dan papski banyak menerima nasehat, perspektif dan bagi pengalaman dari banyak pihak termasuk dari buku bacaan. ⁣

Walau tak sepenuhnya kami adopsi, tapi beberapa diantaranya sangat membantu dalam menyusun strategi menghadapi gejolak kawula muda seorang #TwonegerCha 😇 dan tentunya meminimalisir drama #EfekRumahTangga 😎⁣

Dua poin yang memang termasuk dalam fokus kami adalah perihal menyapih dan tidur terpisah. ⁣Kami sepakat untuk melaksanakannya sepaket. ⁣


Lalu Kemudian,

Langkah awal yang kami lakukan adalah membuat kesepakatan piket ortu. Ini penting karena aku dan papski punya jadwal masing-masing dan tentu akan berpengaruh ke dalam komitmen dan kompromi dalam implementasinya. Setelah itu kami menyusun aktivitas harian Cha, termasuk didalamnya jadwal bobok dan jadwal nenen.⁣


Belum sebulan melaksanakannya, ternyata sempoyongan juga. Beberapa kondisi dan situasi menyebabkan kami harus memberikan tenaga ekstra atau kembali ‘pasrahkan saja sementara”. Kegiatan membentuk rutinitas ini memang melelahkan tapi juga penuh dengan tantangan.

Tantangan bagi ku untuk kontrol emosi jika ada yg minta nenen tidak pada waktunya. Rasanya tidak tega kalau melihat mata Cha yang mengiba sambil menarik baju dan bilang, “Mama nenen ya…” Lain lagi ketika dia datang tiba-tiba dan main peluk dari belakang. “Baju mama bagus, rambut mama bagus, Cha mau nen ya”. Kadang ku luluh kadang ku mesti gunakan pilihan bantuan “phone a friend” langsung teriak minta bantuan papski biar Cha ditemenin dulu. Ini bagian yang cukup menguras emosi jiwa karena aku dan Cha sama-sama suka kemesraan ketika mengASIhi #MiknokLyfe

Tantangan bagi @ngurahpandu tentu saja selain sigap nangkap Cha jika tergoda nen ia juga mesti siaga nyamperin ke kamar Cha tengah malam tiap cha nangis kebangun minta ditemenin bobo atau minta ikut nyelip nduselan di kamar kami.⁣ Aku akui kalau beberapa hari belakangan ini dia makin sensitif. Jika Cha meringis saja dia sudah beranjak bangun menuju kamar sebelah. LAH DULU KEMANA AJA PAS NEWBORN, ANAK TERIAK AUWO UWO DIANYA TIDUR PULAS KAYAK PATUNG DIKASI BALSEM. ~tarik nafas, hembuskan. Tapi berbagi tanggung jawab dan memberi kepercayaan ini sunggu memperlihatkan sisi kejantanan papski ~eyaaa… bahwa sesungguhnya papa yang budiman adalah ia yang tak perlu nyamperin istri yang sedang tidur untuk sekadar nanya, “Kenapa ya Cha nangis?”. kalem.

Kami sadari dan akui, proses ini tentu tidak mudah bagi Cha. Bahkan ia yang kami rasa menghadapi ketidaktahuan paling besar. Kami tidak mau mengira-ngira tangis malamnya hanya sekadar manja manipulatif. Kami tidak mau menuduh jika rengekannya adalah bagian dari tantrum frustasi. Kami sadari jika ia menangis maka ia butuh kami untuk menenangkan. Dia harus tetap teryakinkan kalau kedua orang tuanya selalu ada untuk menemaninya menghadapi rasa takut dan menerima setiap perubahan. Apalagi dalam usia yang masih sangat muda. Kami tak muluk-muluk memintanya untuk segera paham dan dewasa secara instan. Tantangan bagi @Chamarachacha harus belajar menyesuaikan diri dg situasi yang mungkin belum sepenuhnya bisa langsung diterima. ⁣

Melelahkan? iya dong 😂⁣
Sampai suatu ketika Cha pernah ketawa cekikikan sambil nutup bajuku dan bilang, “Mama susu tobeli nen habis.” Pernah juga pada suatu dini hari ia tidak menangis namun berjalan setengah berlari kecil dari kamarnya dan dengan sigap menaiki dipan kami. “Mama, ada semut” katanya imut lalu tutup mata dan tidur dalam pelukanku.

Esoknya aku dan papski tertawa. “Lho kok ada Cha di sini, kok malah papski yang pakai bantal guling pisang dari kamar Cha”. Hahaha. Kami memilih untuk menghadapi dengan ngelawak pada setiap kesempatan. Kalau ada kejutan yaudah diketawain aja dulu. Selanjutnya kami berbenah lagi. Proses ini tentu tidak mudah. Semoga kami senantiasa dapat saling menguatkan.

Kalian juga ya, siapapun yang sedang berjuang dan beradaptasi pada perubahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *