(berbagi cerita di tribun Bali citizen journalism)
Merayakan hari raya keagamaan di luar Bali bukan pertama kali ini saya lakukan. Sebelumnya saya pernah merayakan Galungan di Jakarta dengan bersembahyang di pura Aditya Jaya Rawamangun. Lalu apa yang istimewa dalam perayaan Galungan kali ini?
Sebagai mahasiswa perantauan di Negeri Abang Sam, tentu saja saya mengalami kegalauan rindu akan kampung halaman. Apalagi saat perayaan upacara keagamaan yang besar seperti Hari Raya Galungan. Suasana yang paling saya rindukan adalah saat membantu keluarga untuk metanding (menyiapkan sarana upakara) dan saat penampahan. Ya, ketakutan terbesar saya adalah ketika tidak bisa menikmati makanan dan penganan khas Bali usai sembahyang. Kini ketakutan itu terbayar lunas, saya bergabung menjadi semeton Banjar Bali USA di Washington, D.C.
- Tentang Banjar Bali.
Banjar Bali adalah perkumpulan komunitas Bali yang merupakan bagian dari diaspora Indonesia dan masyarakat internasional di Washington DC dan sekitarnya yang aktif mendukung upaya pelestarian budaya Bali melalui seni, pertunjukan, dan kuliner di Amerika Serikat. Pertama kali mengenal banjar Bali melalui sosial media (Facebook) dan website . Dari pertemuan virtual ini saya mendapatkan informasi perayaan Hari Raya Galungan di penghujung tahun 2014 lalu. Dengan menggunakan fasilitas kendaraan umum saya menempuh perjalanan selama tujuh jam akibat salju (yang seharusnya hanya lima jam) dari New York City menuju Maryland untuk bersembahyang bersama.
Kegiatan persembahyangan biasanya dilaksanakan berpindah-pindah bergiliran di rumah semeton Banjar Bali. Kebetulan tempat persembahyangan kala itu adalah di rumah ketua umum Banjar Bali, Mbak Ika Inggas. Selain disambut dengan sangat ramah saya pun diperkenankan untuk bermalam di rumah beliau. Baru-baru ini kami juga menyelenggarakan perayaan Dharma Santi Nyepi 2015 yang disiapkan sangat matang dan berlangsung sukses berkat kerjasama seluruh semeton Banjar Bali.
Kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin di Banjar Bali membuat saya merasa sangat nyaman dan bersemangat jika mengikuti kegiatan sosial dan keagamaan selama di Amerika “Seperti berada di rumah sendiri”.
Demikian kesan yang saya rasakan saat bertemu semeton yang berjumlah kurang lebih 35 orang ini. Suasana kebersamaan yang positif tidak hanya saya dan warga Banjar Bali rasakan, rekan dari daerah lain pun sangat senang berbaur dengan kami. Pihak kedutaan besar RI di Washington DC turut mengapresiasi.
- Tentang Perayaan Galungan 2015.
Perayaan Galungan tahun ini sangat istimewa karena Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Budi Bowoleksono beserta ibu dan jajarannya, turut hadir di Virginia pada Juli 2015. Banyak hal yang beliau tekankan dalam menjaga persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang majemuk, terlebih lagi di negara adidaya ini. Ketika sudah menjadi perwakilan negara maka kita adalah warga negara Indonesia. Identitas suku dan daerah yang melekat dalam dirilah yang akan memperkaya falsafah persatuan bangsa. Perayaan Galungan kali ini berlangsung dengan suasana yang santai dan cuaca yang hangat. Usai bersembahyang bersama kami berkumpul di ruang keluarga dan makan bersama. Hal lain yang menjadi konsen Bapak Duta Besar adalah mengenai dahsyatnya kuliner khas Bali. Tanpa segan beliau mengakui bahwa lawar Bali adalah hidangan favoritnya.
Merayakan Galungan dan hari besar lainnya walau jauh dari keluarga di rumah, bukanlah suatu hal yang menyeramkan. Ketika kita tahu bahwa Tuhan berada dimana-mana, maka kita juga akan menemukan sosok keluarga dimanapun kita berada. Seperti halnya di Bali, saat pulang pun saya masih dibekali tentengan penuh berisi sate nyuh, sambal goreng terasi dan beberapa lungsuran. Disanalah saya merasa bahwa bahagia memang sederhana. Maklum mahasiswa.
