Posted in Tentang Anak

~Tentang Ngompol, Siklus Genetika

5Setelah berlatih tentang toilet training perjuangan berlanjut pada topik gangguan berkemih yang bisa terjadi pada anak, ngompol adalah salah satunya. Narasumber dalam webinar ini, dr. Herbowo Soetomenggolo., Sp. A (K) menjelaskan bahwa genetik sangat berperan dalam terjadinya ngompol pada anak. Jadi jika salah satu orang tua memang suka ngompol saat kecil, maka 50% anaknya kini juga dapat dipastikan akan mengompol. Jika kedua orang tua memiliki kebiasaan ini sejak kecil, 75% anak akan mengalaminya saat ini. Jadi, sebaiknya kita berkaca dulu dan bertanya pada orang tua masing-masing bagaimana perangai kita waktu kecil dulu. Karma does exist yah, hehehe. Kidding, saya ingin mengajak (bergandengan tangan) jika nantinya kita menghadapi kasus ini kepala bisa lebih dingin lagi. 

Lalu apa yang mesti kita lakukan sebagai orang tua yang suportif? apa sebenarnya penyebab ngompol itu dan bisakah kebiasaan ngompol dihentikan?

Berulang kali beliau menekankan untuk tidak menghakimi atau melabeling anak-anak yang masih ngompol.

2Saya jadi teringat kenangan saat SD dulu, waktu itu kami berusia 9-10 tahun. Seorang teman saya masih suka ngompol dan banyak sekali tekanan mental yang dia hadapi. Waktu itu saya belum paham, jadi tidak bisa berbuat banyak selain menunggunya menjemur kasur dulu sebelum berangkat sekolah atau mau main. Aroma rumahnya pun pesing sekali dengan ventilasi yang sungguh minim. Belum lagi cemoohan yang diterima dari tetangga yang saya terjemahkan saat itu sebagai godaan dan candaan. Aduh, sungguh saya minta maaf jika tahu informasi ini lebih awal tentu saya akan ikut menjegal orang-orang yang seenaknya menjadikan temanku bahan tertawaan.

Dalam diamnya saya ikut merasakan ada rasa malu, bersalah namun tidak bisa berbuat banyak selain berjanji pada orang tuanya akan mencoba tidak ngompol lagi.

Ya, ibunya terkenal galak. Jika kami mau main pun harus tanya posisi ibunya apakah di rumah ga? hehehe. ~lah kok malah nostalgia ga jelas.

Selagi ada kesempatan mari kita persiapkan segala halnya agar bisa bijaksana menyikapi hal ini. Nah dalam tulisan ini mari kita petakan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi anak agar kejadian mengompol pada anak dapat kita minimalisir.

Di tingkat personal atau individu, kita bisa mulai dari persiapan orang tua. Beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah mengedukasi diri tentang penyebab, prevensi, fasilitasi dan mengatasi serta paham kapan harus konsultasi. Perkaya diri dengan informasi-informasi yang valid dan kredibel dan mulai amati faktor penyebab manakah yang mungkin berpengaruh terhadap anak kita. Beberapa list penyebab bisa dibaca di infografis ala-ala di awal tulisan ini. Perhatikan asupan makanan atau minuman yang berpotensi menyebabkan kandung kemih penuh sebelum anak tidur. Ingat, porsinya semakin sedikit ketika sudah malam. Orang tua adalah kunci pengatur konsumsi anak, kita perlu berpegang teguh pada prinsip-prinsip mindful eating. Nah selanjutnya orang tua konsisten jadi ‘alarm hidup’ untuk ngajakin anak pipis rutin sebelum tidur dan saat terbangun. Jika sudah jadwal tapi anak belum terbiasa ya diingatkan. Anak harus diajarkan cara mengungkapkan sehingga tahu ketika ia merasa ingin pipis. Nah yang menjadi tantangan tersendiri bagi saya mungkin penghentian popok sekali pakai. Jika memang masih susah, jangan dipaksa. Perlahan saja, mulai dengan mengurangi intensitas pemakaiannya, lebih sering mengganti dan biarkan anak merasa kenyamanan saat area kelaminnya kering. Selain kesiapan diri, kita juga perlu memodifikasi lingkungan untuk mendukung keberhasilan usaha ini. Yang paling sederhana adalah usahakan toilet mudah dijangkau oleh anak. Jangan sampai karena lokasinya terlalu jauh, belum sampai eh sudah “Ciiir…ciiir” duluan. Dalam tulisan toilet training pemakaian potty training atau squatty potty bisa jadi sarana latihan yang bagus. Ya…ga usah beli, sewa aja dulu.

Oke balik lagi ke kasus ngompol. Dalam masa-masa penyesuaian matras anti air atau perlak bisa diaplikasikan ke kasur. Bisa gunakan sprei dan perlak di kasur beberapa lapis, sehingga anak tidak perlu menunggu lama untuk kembali tidur. Nah yang terpenting, ajak anak ikut membantu merapikan dan membersihkan tempat tidur setelah ngompol. Ini juga jadi pelajaran dan latihan untuk bertanggung jawab.

Di akhir tulisan ini saya kembali ingin menggarisbawahi bahwa edukasi dan motivasi tak hanya diberikan pada si anak namun harus diawali pada orang tua terlebih dahulu agar siap berproses bersama. Sebuah hal yang mungkin dianggap remeh namun akan terbawa terus oleh si anak hingga ia menjadi orang tua kelak. Lalu apakah siklus ini tidak bisa dihentikan? apakah ada treatment khusus? Pertanyaan saya pada narasumber dianggap terlalu lintas generasi dan kejauhan hehehe Beliau kembali mengingatkan agar bisa menerima kejadian ngompol ini sebagai hal yang WAJAR. Saya mungkin beruntung diantara 100 peserta dan orang tua lainnya yang pernah dapat paparan informasi ini. Hendaknya setelahnya bisa menyebarkan kebaikan sehingga tidak perlu ada lagi mata-mata sinis dan kata-kata mencibir jika anak masih ngompol pada usia yang WAJAR.

Ingat, ngompol itu genetika lhooo. Ingat berkaca, mari berproses!

 

8

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *