Posted in doIndonesia, Tentang Komunitas

~Tentang Norma Baru dan Kesiapan Komunitas Agama

Hari ini untuk pertama kalinya mengikuti webinar di masa pandemi dari sudut pandang yang berbeda. Senang sekali bisa ikut Silaturahmi & Diskusi Virtual “Norma Baru dan Kesiapan Komunitas Agama”. Memang sejak lama saya pun berpikir bahwa sila pertama dalam dasar negara patut kita jadikan  strategi bersama melewati kurun waktu genting ini. Ketika semua cara terasa buntu, semakin kuat doa, semakin sehat jasmani dan rohani kita. Sekiranya demikianlah awalnya saya berceloteh dalam hati. Berat rasanya jika ikut merayakan peningkatan angka kasus positif dan kematian dalam sebuah kata NORMAL. Pemilihan kata New Normal atau normal baru terasa sangat bias makna karena seolah menggambarkan kondisi sudah sangat baik karena masyarakat sudah bisa berkegiatan seperti sedia kala. Padahal pada kenyataannya, kita tidak sedang baik-baik saja.

Dipandu oleh Rifki Taofiq Sidqi, Direktur LK Kompas Tasikmalaya, silaturahmi dan diskusi virtual ini diikuti oleh 123 peserta berlangsung dengan hangat dan seru. Pembicara dalam forum ini pun sangat beragam mulai dari pihak media yaitu Adeste Adipriyanti, Kepala Divisi Konten Narasi, Edeng ZA, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tasikmalaya serta Irma Hidayana, Lapor Covid-19, dan Husni Mubarok, Peneliti PUSAD Paramadina.

pusad paramadina

Komunitas agama menjadi salah satu elemen penting penegakan kepatuhan protokol kesehatan bagi seluruh umat.

Kolaborasi lintas agama-usia-profesi sangat diperlukan karena siapa saja bisa terjangkit virus ini. Perlu kesadaran setiap orang dengan peranan masing-masing berjuang menyudahi pandemi ini. Yang perlu menjadi perhatian kita juga adalah terkait edukasi penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap tenaga kesehatan dan pasien. Sungguh miris jika kita baca di media bagaimana kurangnya empati dan minimnya pemahaman tentang situasi pandemi ini malah mempersulit proses pemakaman jenazah pasien positif COVID-19. Diskriminasi dirasakan oleh tenaga medis yang bertugas mempertaruhkan nyawa, penolakan jenazah pasien COVID-19 terjadi di beberapa tempat. Oleh karena itu, dalam forum ini dibicarakan pula usulan untuk memberikan bantuan sosial kepada masyarakat terdampak Covid-19 termasuk para tokoh agama. Diperkirakan banyak tokoh agama yang kehilangan pekerjaan. Kepedulian terhadap tokoh agama ini penting sebagai upaya meningkatkan perannya di masyarakat meluruskan kesalahpahaman dan kesalahan pola pikir masyarakat yang sempit dan tanpa toleransi.

Sebuah narasi yang baik disampaikan oleh Narasi TV. Melalui Ibu Adeste, lembaganya ingin menyampaikan berita-berita positif kepada masyarakat yang diterjang ‘tsunami informasi’ selama pandemi ini. Sebuah komitmen bersama untuk melawan hoax dan pemberitaan negatif dari berbagai media. Demikianlah seharusnya media berperan sebagai pengingat yang jujur kepada masyarakat agar tetap menjalankan protokol kesehatan dan selalu wawas diri.

Tadi juga disiarkan film dokumenter dari Narasi TV & PUSAD Paramadina Cerita Pandemi: Keragaman di Tengah Corona produksi Narasi TV dan PUSAD Paramadina.

SILAKAN TONTON DAN SEBARKAN.

 

Pemerintah WAJIB melindungi warga negaranya!

Saya sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Irma, pemerintah lamban dan tidak transparan dalam menangani pandemi ini. Di saat angka pasien positif masih terus meningkat, pemerintah malah menggulirkan keselamatan warganya kembali ke masing-masing individu. Lalu dimana peran negara dalam situasi krisis ini?

Ketika semua dirasa tidak jelas, masyarakat harus berani ambil sikap! Ibu Irma Hidayana yang memang militan memperjuangkan hak-hak masyarakat menginisiasi wadah partisipasi warga. Senior saya di Montclair State University/ALPHA-I ini mendirikan LaporCOVID-19,  Platform sesama warga untuk berbagi informasi terkait Covid-19. Menariknya, LaporCOVID-19 mengajak masyarakat berperan aktif jadi relawan dan memproduksi data sesuai fakta di lapangan. Dengan menggunakan pendekatan citizen reporting atau crowdsourcing, LaporCOVID-19 memungkinkan setiap warga untuk  bisa berpartisipasi menyampaikan informasi seputar kasus terkait COVID-19 di lingkungannya. Sebagai salah satu narasumber, beliau menyampaikan tentang pentingnya peran tokoh agama dalam menekan penyebaran penularan COVID-19.

Pusad Paramadina :Negara kita yang kaya memiliki sumber daya keagamaan yang mumpuni, kuatnya dukungan keagamaan terhadap pencegahan wabah, luasnya bidang pelayanan organisasi keagamaan, wibawa dan pengaruh pemuka agama, serta kedekatan kelompok keagamaan dengan komunitas lokal  yang berfungsi sebagai simpul informasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *