Posted in Tentang Beasiswa

~Tentang Persiapan LDR

Disclaimer : Tulisan ini hanya berlaku bagi pejuang beasiswa yang sudah memiliki pacar atau kalau sudah berkeluarga ya bisa nyelip-nyeliplah sedikit. Kalau yang sedang memilih untuk tetap sendiri (Jomblo) mungkin yang harus disiapkan hanyalah satu hal saja. CARI GEBETAN!

DSC02105_2
Way saat bertemu partner LDR nya di Universal Studio Orlando, Florida

Banyak cewek yang merasa lemah ketika harus dihadapkan pada situasi memilih, apakah harus sekolah jauh atau menjalani hubungan jarak jauh.

Di awal tulisan ini aku ingin bersyukur karena dulu saat mengalami masa sulit ini aku justru diberikan kekuatan dan semangat oleh orang-orang terdekat untuk melanjutkan studi di negara adidaya.

Ya setidaknya saat mendeklarasikan diri kalau aku mau daftar beasiswa ini mereka mendukungku penuh! entahlah, apa memang karena melihat potensiku atau ingin aku enyah dari kehidupan mereka. Alasan lain ya… dukung saja karena ga yakin juga sih, kalau aku bisa lolos. LoL. Entahlah.

Anyway, sampai saat ini aku masih suka cubit-cubit pipi lhoo *IYA PIPI* kalau ini bukan mimpi. Masih sulit rasanya menerima kenyataan kalau saat ini aku telah berada di negara yang tidak pernah masuk dalam destinasi vakansi, tapi tentu saja memang jadi incaran untuk melanjutkan sekolah, gratis.
Jadi, sebagai perempuan aku pernah merasa berada di posisi itu. Memilih dua pilihan berat untuk masa depan, saat-saat yang menggalaukan untuk disko darurat.

Sebelumnya aku ingin berbagi tentang sebuah cerita. Pada suatu ketika saat mengikuti seleksi program beasiswa, aku berjumpa dengan seorang kawan. Malam hari sebelum tes wawancara kami berkeluh kesah dan berandai-andai apa yang akan terjadi esok dan seterusnya setelah tes akhir wawancara ini.

Sejujurnya aku agak kesal padanya. Ya, kawanku seharian itu menangis terisak tanpa henti. Kekasihnya mewanti-wanti mengakhiri hubungan jika dia tetap bersikeras melanjutkan tes beasiswa tersebut. Waktu itu aku masih sangat excited dan akhirnya menjawab agak ketus karena sudah terlalu bersabar menghadapi ratapannya sedari pagi kami berjumpa. “Jalani saja lah dulu, masalah nanti biar nanti dicari jalan keluarnya. Yang penting besok ngerti dulu apa pertanyaan panelis!”, aku yakin mukaku saat itu pasti sangat menyebalkan. #SelfKeplak 🙁

Dalam hati aku memaki, pasangan macam apa yang rela tak memberikan support pada pacarnya yang ingin maju. Masalahnya si pacar juga sedang berada di luar negeri. Waktu itu aku merasa sangat tidak adil kalau temanku harus mundur karena alasan sesepele itu. Keluarganya saja mendukung lha ini baru status pacar kok atur ini itu. Aku hanya menggerutu dalam hati. Karena jika aku sampaikan langsung, tentu saja kawanku yang dalam kondisi ‘sayang banget’ akan mementahkan argumen-argumenku. Dalam jatuh cinta selalu ada pasal satu, pasangan selalu benar!

*tarik napas*

Jadi begini,
Aku selalu menyebut kaumku perkasa, kaum yang hebat, multi talenta dan pantas untuk maju serta bahagia. Jadi ketika aku lihat ada cewek yang sebenarnya perkasa tapi harus melemah terbentur kata ‘kodrat’ aku otomatis murka angkara dimuka *entahlah apa istilahnya, yang jelas aku sangat marah dan kesal*. Nah, lebih gregetan lagi kalau alasan yang diberikan selalu dikaitkan dengan alien-alien berpentungan dari planet Mars!
Kadang aku merasa ada hubungan-hubungan yang bisa mengkerdilkan posisi dan potensi perempuan. Padahal lho ya, kalau jodoh, itu si perempuan akan jadi istri, akan jadi ibunya anak-anak. Dia yang nanti akan tumbuh bersama generasi penerusmu. Paham?! Ahh! Aku mulai berlagak sok tahu tapi ya cobalah pikirkan kembali jika ada kekasih, adik, istri atau siapapun yang ingin menimba ilmu, tolong dukung! Jangan dilemahkan! *angkat bambu runcing*
(Duh ini kok malah esmoni ga jelas, maaf inilah perasaan ABG yang baru putus cinta. #MenolakTua)

So, balik lagi ke tujuan cerita ini.

Untuk kalian, ladies, aku tidak menyarankan agar menyudahi hubungan atau mengemis minta bertahan (emangnya gue!) jika nantinya ada di posisi bimbang, ingat keputusan sepenuhnya adalah milik kalian, kalianlah yang akan menjalaninya kelak.

Aku cuma ingin cerita, berbagi tips alakadarnya yang terbukti manjur aku lakukan dulu, sebelum keberangkatanku ke sini. Semuanya akan mudah jika kita bisa mempermudahnya 🙂

  • 1. Komunikasi

Mungkin Om Mariok Teguch sudah mewanti-wanti arti pentingnya sebuah hubungan dalam sebuah komunikasi. Azzzz! Terbalik. Ya gitu pokoknya.

Aku mengutip kalimat pada sebuah tulisan lawas favoritku tentang tips LDR YANG TERNYATA PROMO PROVIDER  “Meskipun terpisah jarak, teknologi itu mendekatkan manusia. Kuncinya: komunikasi. Kita harus percaya pada kekuatan kata-kata.” A.L, 2012.

Mulailah untuk berbicara bersama pasangan beberapa kemungkinan jika nanti kalian lolos beasiswa ke luar negeri. Persiapan tentang paket internet, jadwal skype, setting google hangout dan sebangsanya. Teknologi bisa dibicarakan setelah komunikasi mengenai rencana dan alasan mengambil beasiswa luar negeri  sudah diutarakan. Aku dulu sih cerita pas awal daftar.

DIKETAWAIN!

Entahlah maksudnya apa, tapi yaa…Aku bayar tawa itu dengan senyum dan pelukan saat aku menerima LoA dari kampusku *tsah* Beruntungnya prinsip pacaran kami adalah saling dukung pilihan masing-masing. Pun dia ketika memutuskan untuk berangkat ke ibu kota pun ku lepas dengan ikhlas walau penuh derai air mata.

*ZzzzZzz sinyal hilang* (stop curcol). Nah yang menurutku rada kurang ajar, malahan saat lapor sama orang tuaku. Aku baru cerita ke mereka saat sudah lolos, beberapa hari menjelang pindah ke ibu kota untuk pembekalan bahasa. Jadilah ortuku kalang kabut, mungkin mereka sempat bingung dalam hati, ini serius anaknya lolos beasiswa S2 ke Amerika atau nekat berangkat ke luar negeri jadi TKI buat ngumpulin modal nikah?
Tapi kembali ke prinsip dasar, dengan komunikasi yang baik akhirnya orangtua ku perlahan menerima kenyataan bahwa putri mungilnya ini akan pergi selama dua tahun menimba ilmu di negeri orang, bekal hidup kelak di hari tua *backsound gugur bunga*

  • 2. Persiapan Mental

Gila ini coy! Hal yang paling abstrak tapi kudu disiapkan sejak jauh-jauh hari. Menjalani hubungan jarak jauh tidak mudah. BERAT DI ONGKOS, SESAK DI DADA. Tapi berbekal pengalaman sebagai tim pengasuh di #LDRKorlapBali selama kurang lebih hampir 3,5 tahun aku rasa semua akan aman-aman saja.

(Walaupun pada akhirnya…kita yang berencana kamu dan Tuhanlah yang memutuskannya) *melow lagi*

Tapi benar girls! sesuai dengan prinsip palang merah, selamatkan diri sendiri sebelum menyelamatkan orang lain.  Persiapkanlah mental diri sendiri dulu dengan matang. Akan ada saatnya ketika hormon adrenalin dan hormon stress lainnya menggelora meningkat seiring dengan tuntutan skor minimal TOEFL IBT, deadline pendaftaran kampus dengan segala macam piranti study objective, personal statement la la la la li li li li. Hal lain yang juga terkait kesehatan mental adalah kecemasan prematur tentang gegar budaya.

Pasangan juga harus diajak menyiapkan mental. Ajaklah piknik bersama, makan bersama merencanakan strategi hidup bersama. Jika ada yang mau nikah, nikah dulu sebelum berangkat atau tunda sampai selesai studi. Jika ada yang kasi kuda, bayar dulu separuhlah sebagai uang muka *nyengir*. Atau kalau belum siap material namun sudah kebelet #GoNikahGoNikah silakan ajak jumpa ke orang tua. Btw, ada juga loo yang akhirnya memilih putus sebelum berangkat, so sad…tapi itulah yang terbaik. Mereka menganggap berangkat ke luar negeri adalah sebuah ‘metode move on’ paling ampuh. Ada.

  • 3. Komitmen

Duh! Ini hal yang paling krusial! memiliki komitmen dan menjaganya adalah suatu tugas mulia yang cukup berat. Saranku sejak awal jangan pernah bikin komitmen yang memberatkan satu sama lain. Kalau aku dulu, tak perlu bikin banyak karena kami cukup kenal satu sama lain. Tapi yang paling teringat adalah sewaktu di bandara ‘adegan Rangga Cinta’ aku diwanti-wanti selalu, “Jika ketemu bule cepat kabari saya ya, biar di sini saya tidak menunggu”, katanya sambil megang tangan dan kecup kening. Duh Gusti, seandainya waktu berangkat aku naik lion air aku adalah orang yang paling bahagia kalau pesawatnya delay! *keplak!*~tapi itu dulu.

ok lanjut!

Komitmen apapun yang sudah disepakati cobalah untuk menghargai karena apapun bisa terjadi. Pribumi pun bisa menarik hati, tidak perlu jauh-jauh pergi ke luar negeri untuk berganti hati. Cinta jauh yang tak terawat akan dikalahkan cinta dekat yang akrab, rawatlah perasaan dan ketertarikan satu sama lain sejak dari dalam pikiran dan perbuatan. *kerasukan jin Mariok Teguch*

  • 4. Ikhlas

Beberapa saat setelah tiba di bandara Narita-Jepang untuk transfer penerbangan, aku menerima pesan singkat di FB dari temanku. Dia juga master LDR tapi lebih memilih untuk pensiun dini karena tak kunjung dilamar dan membelot memilih pria yang siap nikah. Jadi pesannya waktu itu kurang lebih begini,

“Mba Doi banyak-banyak doa banyak-banyak ikhlas ya. Biasanya laki-laki ga kuat LDR.”

*jdeeer!*

Aku hanya tersenyum masam membacanya, dia memang rekan kerja yang kerap aku goda. Aku membalas pesan tadi,

Makasi ya mba atas pesannya. Semoga saya dilancarkan (BAB)nya dan halangan bisa kami hadapi bersama. Gerakan #GoNikahGoNikah tinggal menunggu waktu. Gimana mba? Rasanya ga dilamar-lamar masnya?”

beberapa detik kemudian muncul balasannya,

“JUANCUK! Jangan sampe ketinggalan pesawat gara-gara kelamaan BAB!”

Aku suka sekali memancingnya berubah menjadi Mama Nene di kartun Shinchan. Lagian… Jadi cewek kok lembut banget! 😛
Btw beberapa hari yang lalu aku hubungi dia dengan terisak. Tak ada kalimat mengejek atau sindiran keluar dari mulutnya. Dia cuma bilang sama seperti dulu, banyak-banyak doa dan ikhlaskan. Sayang sekali kalau ingat si mas-mas brekele yang menelantarkan orang sebaik kamu mbak, masa depan cerah menantimu kelak!

Oke sudah empat poin,
Apalagi ya yang harus dipersiapkan?

Oke poin terakhir.

  • 5. Percaya

Geli deh ahh kalau bahas percaya ga percaya *mulai sinis*.
Lama program beasiswa bervariasi, ada yang setahun hingga tujuh tahun. Jadi karena kita akan berpisah dalam kurun waktu yang cukup lama rasa percaya harus ditumbuhkan EH salah harus dipertebal satu sama lain, DUA KALI LIPAT dari biasanya. Perbedaan waktu dan jarak yang terbentang akan membuat segalanya semakin runyam. Jauhkan spekulasi ini itu, jangan main tuduh macam-macam, jangan manja kelewatan, niscaya kepercayaan akan selalu menyertai. Sebagai catatan, kepercayaan pun harus dipupuk agar tumbuh subur dan terawat. JANGAN berekspektasi terlalu tinggi. Karena setiap orang bisa berubah kapan saja dan dimana saja. Kembali lagi ke poin sebelumnya ikhlaskan semua pada apa yang kamu percayai. Jika akhirnya ingkar maka poin tiga, dua dan satupun akan sia-sia. Sekali kepercayaan itu dinodai akan sulit untuk dihapuskan walaupun pakai byclin seribu kucek dengan kekuatan dag dig dug dhuer DAIYAA!

Demikianlah sekiranya sedikit bumbu-bumbu biar LDR jadi makin terasa membahagiakan. Sebagai perempuan, aku ingin sekali banyak teman-teman perempuanku menikmati kebebasan individunya. Pun dalam hal menuntut ilmu.

Berpendidikan tinggi itu bukan sekadar untuk siapa atau demi apa. Belajar apapun adalah salah satu bentuk implementasi kita mencintai diri sendiri. Sebagai perempuan yang cerdas dan bebas.

Ya, akhir kata…silakan perjuangkanlah apa yang menurutmu pantas untuk diperjuangkan. Pertahankanlah apa yang menurutmu telah kau perjuangkan. Pesanku, jangan pernah memaksa orang lain untuk mencintai kita dengan kadar cinta yang sama atas cinta kita padanya. *ruwet kabeh iki* Semoga berhasil ya… ^^.V

Catatan pencerita:
Ya setidaknya aku berhasil menerapkan cara-cara ini sampai aku berangkat ke sini. Masalah setelah sampai di sini kayak gimana? Nanti sajalah aku bercerita saat sudah move on beneran.

*garuk-garuk tembok*

14 thoughts on “~Tentang Persiapan LDR

  1. Klo gw dulu sebelum berangkat ada Ibu2 di kantor yg bilang “jangan berangkat, diem aja di sini. kasian suaminya ditinggal”. Padahal gw yakin klo anak Ibu itu yg lulus, dia pasti bakalan nyuruh anaknya ttp pergi, hahaha…Anyways, betul bgt. Menurut gw gak worthy bgt mempertahankan orang yang tidak mendukung impian kita, terutama kalo statusnya masih pacaran. Toh klo studi di luar negeri sukses, kan bisa buat mempersiapkan masa depan yg lebih baik. 😀

    1. Makasi sharing pengalamannya Mba Neni. Jangan lupa kirim kartu pos dari New York untuk si ibu-ibu di kantor ya. Kabarkan kalau mba dalam keadaan sehat dan pulang dengan penuh cinta dan masa depan gemilang hahaha

    1. Jika harus memilih berat memang, tapi ketika bisa menyelaraskan keduanya di sanalah kita menang.

      Thanks kak Tya sudah mampir, I love blogwalking to your blog! ditunggu tulisan selanjutnya 😉

  2. kl saya maju juga, karena dukungan istri terutama doi…saya juga sdh cerita sejak sebelum menikah bahwa salah satu cita2 saya melanjutkan pendidikan…dan hanya akan melanjutkan pendidikan jika dapat beasiswa ke LN…..
    saat2 persiapan sih selalu dukung…..sebulan mau berangkat mulai goyang ha..ha….
    tapi sampai saat ini, istriku tetap dukung….walaupun kayaknya kalo kita ngobrol….lebih berat buatnya….kl menurutku komitmen dan percaya bisa jadi pondasi yang baik.

    1. hahahah…kayaknya suami Saya rada2 nyesel kali ya dulu mendukung. Meskipun dia gak pernah bilang, tapi kayaknya ini berat bgt buat kami berdua, terutama dia. S3 peluangnya kecil nih 😛

      1. S3? Ajak suami, ajak anak! bertualanglah selagi bisa. Cita-citaku juga mau boyong keluarga jika dapat s3 nanti hahahaha sekarang fokus cari calon ayahnya anak-anak dulu *bhihik*

    2. You are so sweet Bang!
      Salam ya buat istri, dia pasti jadi perempuan yang membanggakan karena memberikan dukungan untuk orang yang dicinta agar bisa lebih maju lagi.
      Btw, sebulan mau berangkat mulai goyang? itu apa ga pegal? *nanya aja sih* #nyengir 😉

  3. KASITAU GA YAAA????? Takut membuka luka lama. lol
    Well, saya adalah salah satu saksi hidup kandasnya cinta akibat polemik-dinamika LDR.
    Dulu waktu masih pacaran strategi saya adalah menghimbau sang pacar untuk ikut daftar beasiswa ke Amerika juga dan ternyata dia pun berhasil ke Amerika. Namun toh hubungan tetap berakhir. Jadi boleh saja mempersiapkan segala sesuatu sebagai langkah preventif tapi juga harus siap aksi penyembuhan jika ternyata harus berakhir dan berpisah. Meskipun tidak akan ada yang benar-benar siap bukan Doi? hehe. Intinya semua harus saling bergerak ke arah yang lebih baik meskipun kadang itu berarti tidak berjalan bersama-sama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *