Siang yang panas memaksaku duduk lesu-mengantuk- di depan meja kerjaku. Berhubung tidak ada jadwal di kelas, aku memilih untuk meluangkan waktu membalas semua email-WA-Line dari rumah, sebelum sore nanti mengikuti beberapa pertemuan.
Pagi tadi, ibuk masuk kamar dan meminjamkan ponselnya untukku membalas pesan singkat yang ku kirim kemarin ke salah satu yayasan terkait kunjungan mahasiswa. Ya… jaringan internet membuatku (kadang-eh sering) lupa untuk isi pulsa. Usai berkomunikasi via pesan singkat, ku kembalikan ponsel ibuk tapi beliau malah ga mau,
“Ya sudah bawa saja dulu, siapa tahu nanti perlu.”
Dan ibuk pun berangkat ke sekolah. Aku tersenyum haru. Terlalu sensitif mungkin, jika harus sampai menitikkan air mata. Tapi keikhlasan ibuk sekecil apapun bentuknya selalu membuatku bersyukur terlahir di sini. Untuk hal yang tidak bisa kita pilih, aku bersyukur menjadi bagian keluarga ini.
Baru saja, kakak iparku (hey! aku belum cerita bahwa kakak semata wayangku telah menikah! *ah mungkin masih sulit untuk ku percaya, tapi dia (akhirnya) menikah juga! haha.. nanti aku cerita lagi tentang kesomplakan ini. *smirk*).
Ok! balik ke kakak iparku.
Siang ini dia di rumah, biasanya kami tak begitu sering ketemu karena kesibukan kerjaan masing-masing. “Wik, Blitut mau keluar beli nasi, sudah makan?” Dengan semangat aku jawab, “Belum makan, boleh deh Blitut”. “Kamu mau makan apa? nanti beli di sana saja sekalian”. “Asyik! Nasi Lawar Iwa Lik ya!” Kataku makin semangat. “Ok” jawabnya singkat lalu berangkat.
Aku bersyukur sekali kepulanganku ke rumah ini disambut oleh nuansa baru yang menyenangkan. Awalnya merasa pangling juga ada pria lain di rumahku selain Bapak. Tapi sejauh ini, kakakku dan suaminya cukup menyenangkan. Yah setidaknya, kakakku berubah jadi lebih dewasa pasca menikah hahaha… (tapi masih suka nelpon manja sama ibuk :p).
Dalam ponsel aku masih bercerita semrawutan dengan Sri, teman ngabodor dari masa lalu. Kami berbincang mengenai kunjunganku bulan depan ke ibu kota. Mempersiapkan waktu masing-masing untuk bercerita, ah! kangen berdebat dan saling ejek dengan makhluk krebo ini.
Aku kembali bersyukur bahwa orang di masa laluku tidak semua berlalu. Ada yang masih bertahan hingga kini dan tetap saling menguatkan.
*kepal tangan di udara.
Demikian, siang berubah mendung, aku harus kembali mengerjakan beberapa laporan berkejar tengat. Duh, waktu rehat sudah habis tapi aku senang bisa menuliskan hal-hal yang disyukuri hari ini. Pun demikian untuk hari kemarin yang selalu menunjangku tersenyum, serta keseharian yang seharusnya aku syukuri setiap saat.
Sejauh ini, ada banyak sekali nikmat dan pelajaran yang tak bisa aku tuliskan satu-persatu untuk disyukuri. Tentang kesenangan, kenangan dan angan-angan. Tentang selembar sutra dan surat pengantarnya yang hangat, meneduhkan Kamis yang gerimis ini.
Terima kasih, Kasih.
Kemenuh, 10/6/2016
SRIIII???!!!
SIAPA ITUH?
Namanya kampung sekaliiiii
*ngunyahbatako*