*Teruntuk kamu, salju di musim semi*

Kamu tahu aku selalu menantimu dengan bersemangat.
Bahkan sejak sebelum aku tahu rupamu, aku sudah terkesima dengan kharismamu.
Tidak berlebihan jika kala itu aku gemetar berdebar bertemu dan jadi milikmu.
~
Aku masih ingat, subuh itu aku menunggu
Dengan kamera dan senyum yang tak pernah ragu
Hingga hari berganti kita tidak jadi bertemu.
Tapi aku tidak jera atau kecewa,
esok dan tiga hari berturut-turut aku masih duduk di dekat jendela, menunggumu.
~
Masih jelas dalam ingatanku,
kamu datang sedikit demi sedikit dan kemudian menerjang hingga aku sakit.
Tak apa, aku kuat dalam sakitku,
Seperti menghujam raga dan jiwa yang dulu kosong tanpa suara.
Waktu itu aku berpeluh namun tidak mengeluh,
aku mencoba menikmati hujaman dan hujananmu.
Seperti menari dalam badai yang semu.
~
Lalu di lain waktu, kamu berlalu.
Katamu kamu tidak tega terlalu lama membuatku sakit
(padahal kamu tahu aku suka itu)
Akupun jenuh padamu yang kaku
menyambutku dingin dan membuatku beku.
Sampai ada kata sepakat, dan ingin jeda bersama untuk sembuh.
Musim mu berganti, walau hatiku tetap sama.
~
Aku mencoba menikmati semua proses ini,
Dengan tawa dan kenangan indah bersamamu.
Saat aku berjalan tak tahu arah,
kau peluk dalam bulir putih sebesar jagung brondong kesukaanku.
Kamu ingat, gundukan di seberang jalan membuatku terpeleset,
kopi dalam genggaman ikut jatuh juga.
Aku tidak marah padamu, itu hanya karena aku yang kurang hati-hati.
Dan terjatuh lagi karenamu, kepadamu.
~
Aku merangkak, mengganti segala kenangan yang kita buat bersama.
Ku masukkan bootsku ke dalam kotak sepatu, lalu ku pakai sneakers yang ternyata kekecilan di kakiku.
Aku berusaha tampil kuat dan bersemangat menyambut tunas-tunas pohon yang menyembul mengeroyokku.
Ku dekati satu dan kami bercerita.
Dia bilang tunasnya akan mekar jadi bunga yang indah, aku pasti akan menyukai itu.
Ah…janji musim semi, aku sudah khatam.
Tak ku pungkiri aku juga suka melihat pohon dan bunga bertebaran.
Apalagi saat ini, ketika aku lihat kamu berlalu atau teronggok di tepi jalan seperti tak saling kenal.
Kamu tahu, bentukmu kini seram, hitam bercampur garam.
Tapi itulah pilihanmu demi banyak orang.
Terkecuali aku…
~
Musim semi datang, aku menikmati burung yang kembali pulang
Matahari menghangatkan,
Senjanya mendamaikan.
Terkadang angin masih nakal meniup dinginnya salju yang tetap bercokol tak mau mencair.
Aku pakai jaket tebal kemudian berlari.
Aku tak mau sakit lagi.
~
Hari ini kamu datang tiba-tiba, seperti hujan sehari yang mengiba.
Hai..! ini sudah musim semi,
biarkan semua bermekaran jangan tutupi lagi.
~~
nulis apapun pasti selalu ada siratan kondisi jiwa ya cintaku…
kiss kiss :*
ahh, cuma perasaan kak merly aja kok.. *smooch*