Merebaknya Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah menciptakan masa-masa sulit dan ketidakpastian dalam keseharian kita. Kebijakan percepatan penanganan pandemi tentu membawa perubahan dalam tatanan aktivitas kita sebagai individu, masyarakat lokal maupun global. Terlebih lagi dengan adanya pelonggaran tanpa dibarengi perhitungan risiko kesehatan masyarakat dapat menimbulkan cemas dan stress berkelanjutan. Ternyata walau punya privilese untuk tetap #dirumahaja atau bekerja dari rumah, sebagai manusia yang berperasaan saya akhirnya merasa jenuh juga. Keseharian yang terbatas pada itu-itu saja kadang bikin emosi tidak stabil atau lelah tak beraturan. Duh, apalagi suami yang harus tetap bekerja secara profesional tapi juga mesti sabar menanggapi rengekan anak yang dikit-dikit minta main. Akhirnya memutuskan untuk tetap mengikutkan Cha belajar daring walau akhirnya menambah tantangan tersendiri bagi keluarga kami. Ya, di saat seperti ini penting sekali untuk bisa tetap waras, menjaga kesehatan fisik dan mental secara holistik.
Beruntung rasanya bisa jadi bagian SMART Webinar ALPHA-I, saya jadi belajar banyak tentang kenyataan bahwa bekerja dari rumah memang dapat mempengaruhi kesehatan mental. Lalu apa saja tantangan kesehatan mental utama yang terjadi dalam keluarga? dan bagaimana cara agar bisa tetap sehat secara mental selama pandemi? Berikut saya tuliskan catatan kecil dari kegiatan ini.
- Menjadi Ibu yang Bahagia Saat Jadi Garda Terdepan di Masa Pandemi
Ibu Dewi Ariani, S.Kep. Ns., MSHCA saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang keperawatan RSUD H Damanhuri, Kalimantan Selatan. Walau selama pandemi jam kerjanya bertambah dan minim libur, di rumah ia tetaplah seorang ibu dengan tiga anak usia sekolah. Ibu Dewi berbagi tentan suka duka dan perubahan yang ia rasakan saat sebelum dan sesudah pandemi. Saat bekerja di rumah sakit, ia bertugas merawat pasien Covid-19, di rumah ia menjelma jadi guru untuk anak-anaknya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri baginya, ketika di tempat lain orang lain dapat bekerja dari rumah, beban pekerjaan di tempat kerjanya malah bertambah berat saja. Rasa cemas dan khawatir membawa virus ke rumah yang sangat berisiko bagi anak-anaknya membuat dirinya mengalami tekanan psikis. Berbagai cara termasuk menerapkan protokol kesehatan hingga mengubah pintu masuk dan keluar di rumah menjadi upaya yang dilakukannya. Mengemban tanggung jawab besar di pekerjaan profesional, merawat anak-anak dan mendampingi suami di rumah terkadang menjadi beban yang dapat mengganggu kesehatan mental ibu dan akhirnya berdampak ke seluruh anggota keluarga.
Ibu Dewi bilang ia tidak memilih menjadi ibu sempurna tetapi memilih menjadi ibu yang bahagia.
Ia ingin mengajak seluruh ibu baik yang bekerja di luar atau dari rumah untuk tetap sehat di tengah-tengah pandemi ini. Ia menjadikan kejadian ini sebagai kesempatan bagi anak-anak untuk bisa belajar mandiri, menyelesaikan masalahnya dengan caranya sendiri.
- Menjadi Dosen dan Ibu Guru di Masa Pandemi
Ibu Vitri Widyaningsih sehari-harinya adalah dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS). Walau memiliki latar belakang pendidikan sebagai dokter, namun ia pun tak menampik bahwa situasi pandemi ini sangat mempengaruhi kesehatan mental dirinya dan keluarga. Dengan terbuka, ia berbagi cerita dan tantangan selama melakukan pekerjaan sebagai tenaga pengajar di perguruan tinggi sekaligus menjadi pendamping belajar anak-anaknya yang belajar dari rumah. Lewat foto-fotonya ia bercerita tentang perubahan di dunia kerja, mulai dari rapat daring, aktivitas belajar mengajar kampus dari rumah dengan beragam karakteristik dan latar belakang mahasiswa terkadang memberikan tantangan tersendiri baginya untuk melihat proses ini tidak hanya dari kacamata seorang dosen, namun juga dari kondisi mahasiswa. Tekanan dari mahasiswa yang tidak bisa mengakses pembelajaran karena keterbatasan jaringan internet, inovasi cara penyampaian untuk materi-materi yang biasanya dilakukan secara praktikum, menemukan cara yang lebih efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran memaksanya untuk terus berusaha dan bersabar. Penelitian COVID-19 yang sedang dilakukan juga menjadi tantangan lain karena beliau harus terus melakukan aktivitas lain sebagai narasumber dalam berbagai diskusi akademik. Bersamaan dengan tanggung jawab itu, di rumah ia mendampingi anak ketika mereka bergelut dengan tugas belajar. Ia sempat bercerita tentang anak sulungnya yang curhat tentang rasa tidak nyaman akan situasi pandemi ini. Pertengkaran kakak-adik hingga butuh penyekat saat makan bersama. Solusi yang dibuat bersama adalah menyusun jadwal dan melakukan aktivitas bersama keluarga seperti berolahraga dan berkebun.
Kondisi pandemi menjadi berkah baru yang menyenangkan untuk mempererat ikatan dan menghangatkan komunikasi di dalam keluarga.
- Menjadi Bapak dan Pekerja yang Bijak di Masa Pandemi
Sebelum pandemi Covid-19 konsep “life balance” antara hobi, rumah dan kantor pun sudah sulit, apalagi sekarang. Mas Adi, Dwi Adi Maryandi, SKM, MPH yang saat ini menjabat sebagai Kepala Seksi Advokasi Kesehatan, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kemenkes RI mengisi sesi sharing dengan banyak animasi dan foto menarik seputar kegiatannya selama #dirumahaja. Tuntutan untuk melakukan keseimbangan itu di rumah, menjadi tantangan tersendiri yang tidak mudah dilakukan. Pernah ada pengalaman saat rapat dengan pimpinan dan rekan kerja dan tiba-tiba anak bungsunya masuk dan minta ikut rapat sambil ditemani main. Ia sempat merasa kalau situasi rumah akan penuh dengan tekanan.
Pak Adi memilih untuk berdamai dengan dirinya dan seluruh anggota keluarga hingga menjadikan kejadian serupa sebagai hiburan.
Istri yang juga bekerja dari rumah dan memiliki tanggung jawab secara profesional diajak bekerja sama menentukan kesepakatan mengatur stabilitas dan menciptakan situasi kondusif dalam rumah tangga. Situasi tantangan pekerjaan dan tuntutan sebagai kepala keluarga dalam situasi ini bisa dilaluinya dengan tetap bersyukur, berpikir terbuka dan positif, menyeimbangkan waktu kerja dan waktu keluarga serta me time dipakainya sebagai upaya untuk tetap sehat dan produktif di masa pandemi. Di akhir presentasinya, ada video unik ketika ia dan putranya bergaya seperti Band Metal! Semoga setelah pandemi Band Rumah Tangganya bisa pindah dari dapur rumah menuju dapur rekaman ya Mas Adi!
- Konseling untuk Menjaga Kewarasan Diri dan Keluarga Selama Pandemi
Kakak Kakha, Theophanny, S.Psi., M.Ed, saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura menyajikan perspektif dari bidang ilmu psikologi. Ia berbagi tips aplikatif dan strategi komunikasi keluarga di masa pandemi ini.
Secara umum orang dewasa lebih mampu mengatasi persoalannya secara mandiri, berbeda dengan anak-anak yang paling rentan berdampak dari situasi sekarang ini.
Tanggung jawab selama #dirumahaja yang diemban sepenuhnya oleh orang tua mengharuskan kita semua harus memiliki pemahaman dan praktik mindfulness diri dan keluarga untuk kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya yang bisa dilakukan antara lain, perlu adanya penerimaan emosi dan respon terhadap keluhan anak dengan cara yang positif, memberikan anak perhatian yang cukup dengan meluangkan waktu berkualitas untuk diri sendiri dan bersama anggota keluarga lainnya, menjadwalkan anak untuk bersosialisasi secara virtual dengan memfasilitasi pertemuan daring bersama kawan sebayanya di kelas atau di lingkungan. Hal penting lainnya adalah dengan membuat rencana kegiatan harian anak sambil mendiskusikan kondisi saat ini agar anak memiliki pemahaman mengapa ia dan keluarganya, bahkan seluruh orang di dunia ini perlu menaati protokol kesehatan dan melakukan pembatasan aktivitas luar ruangan.
Menjaga Kesehatan Mental Sama Pentingnya dengan Menjaga Kesehatan Fisik di Masa Pandemi ini.
Ya…tantangan yang ada di setiap rumah masing-masing harus disadari, dihadapi dan dicarikan jalan keluarnya. Tentunya komunikasi dan hubungan yang baik menjadi landasan dalam sinergi tiap rumah tangga dengan keunikannya masing-masing. Kerja sama antar anggota keluarga sangat dibutuhkan agar kewarasan dapat dipertahankan!
Ganbatte Kudasai.
Rekaman Kegiatan Webinar Divisi Kesehatan ALPHA-I, Seeing the Struggles: COVID-19 & Family Mental Health dapat disaksikan kembali di tautan berikut ini: https://youtu.be/CdGlFeaxD9U
*Juru Bahasa Isyarat : JBI – Randi Dwi Anggriawan