Posted in Tentang Anak

~Tentang Toilet Training

Memulai toilet training atau mengajarkan anak untuk paham ‘kode diri’ saat mau buang air besar/kecil (BAB/BAK) adalah salah satu aktivitas biologis yang perlu dilatih di rumah. Jujur ini masih jadi tantangan tersendiri bagi kami. Sempat berhasil saat Cha mulai suka duduk di toilet sewaan atau potty training. Tapi begitu habis masa sewa, semuanya kembali lagi seperti sebelumnya. Apa aku salah strategi ya? atau gagal? atau kurang sabar melatih?

White and Pastel Plain Collage Facebook Post.jpg

Nah kebetulan hari ini ikut kelas webinar. Dulu sempat mikir kalau anak mau pipis atau eek akan terjadi secara alami saja. Tapi ternyata memang perlu latihan dan banyak belajar. Mengapa? karena kegiatan ini akan membentuk dan terbentuk dari kebiasaan atau rutinitas. Ternyata…perkara ‘panggilan alam’ ini lebih dari sekadar mengeluarkan kotoran dalam tubuh namun juga menjadi strategi komunikasi internal dan eksternal si anak. Untuk itu perlu dipersiapkan beberapa hal terkait individu, orang tua, lingkungan termasuk fasilitas dan metode yang akan sepakat dipakai.

Lalu pada usia berapa sebaiknya dimulai? apa langkah awalnya biar anti gagal-gagal klub? 

WhatsApp Image 2020-07-29 at 5.47.57 PM

Jawaban narasumber adalah: Tergantung. Tiap anak punya respon dan ekspresi yang berbeda. Nah, di sini penting peranan orang tua agar giat dan pantang menyerah dalam mengkomunikasikan bahasa dan cerita terkait kegiatan BAB/BAK. Sampai kapan? sampai anak bisa menyampaikan dengan bahasa verbal dan non verbal keinginan BAB/BAKnya. Latihan ini akan terus dilakukan hingga anak siap dan mandiri melakukannya kelak. Konsisten dan tekun adalah kuncinya! *ikat kepala di toilet ~eh

Tanpa perlu mematok usia, tapi tanda-tanda berikut ini bisa dipakai acuan yang menunjukkan waktu yang tepat untuk mulai toilet training. Beberapa syaratnya seperti: anak sudah bisa berjalan ke toilet, bisa mengikuti instruksi sederhana. bisa menyatakan keinginan pergi ke toilet, mulai menunjukkan minat pada toilet training, serta mampu meniru orang dewasa saat di toilet. Semuanya akan dilakukan oleh anak namun tiap anak pasti menunjukkan ekspresi dan waktu yang berbeda-beda.

  • Cara toilet training: gunakan kata yang sama jika merujuk pada aktivitas yang berhubungan dengan toilet: misalnya poop, pee, atau kalau untuk cha kami biasa pakai kata pipis dan eek. Nah, setiap anak ngasih kode mau pipis, kita ulangi pernyataannya, misal: “ohhh mau pipis? yuk ke toilet”. Yang terpenting adalah membiasakan area kelamin kering: ganti diapers sering!

Sebagai perkenalan, gunakan potty training biarkan anak yang milih dan lokasinya mudah diakses. kemudian coba duduk di potty training dengan pakaian lengkap dan jangan ambisius HAHAHA baru mulai langsung disuruh auto PRET PRET PRET, kita sebaiknya kenalkan terlebih dahulu alasan kenapa mesti BAB/BAK serta alat-alat dan bagaimana kronologisnya. Kalau anak sudah mulai kenal dan tidak takut baru mulai membiasakan. Kalau Cha ngaruh banget perkenalan lewat buku/cerita. jadi setiap ada adegan pegang perut dia langsung menirunya sebagai komunikasi pada kami. Obrolan seputar dunia ‘panggilan alam’ lainnya yang mungkin bisa dibicarakan misalnya perkenalan my body atau sekalian alat reproduksi, proses ovulasi fertilisasi, konsepsi, fekundasi, atau singami HAHAHAHA langsung SPOG begitu lulus potty training ya Cha. *keplak ~yang bagian terakhir bercanda ya. Jangan bikin stres anak dan diri sendiri. Silakan cari topik dan strategi yang dirasa nyaman.

Nah, yang agak berat (bagi kami) adalah mulai rutin tiap pagi dan sehabis makan ngajak ke toilet. Harus konsisten ya! Kalau sudah terbiasa kemudian coba tanpa diapers. Ini kami lakukan bertahap, biasanya pagi pas baru bangun cha kami pakaikan celana dalam (pinjam istilah momdhea kancyut hihihi) lalu kami amati gerak-gerik dan gejala mau BAB/BAK. Ternyata dengan mengajak anak untuk bercerita lewat buku bacaan bisa sekaligus memperkenalkan komunikasi verbal dan non verbal juga lhooo. Awalnya dengan meletakkan tangan di perut, muka berkerut lalu mulai berceloteh, aduuuh…aduuuh hingga akhirnya bisa ngomong dan melapor.

Hal yang berkali-kali disampaikan oleh narasumber adalah tidak boleh ada hukuman, saat anak pipis di celana.

Yang sebaiknya dilakukan adalah ulangi terus seperti sebelumnya. Ajak ke toilet, buka celana, BAB/BAK, cebok, cuci tangan. Nah untuk bagian siram/flushing di awal-awal bisa dilakukan jika anak sudah pergi, karena beberapa anak mungkin takut atau tidak nyaman mendengar suara air mengguyur. 

  • Tips Supaya Berhasil:

Tetap berpikir positif jangan mengecilkan usaha anak misal bilang, “ahhhh ini nanti pasti ngompol nih” hal ini bisa mempengaruhi kepercayaan diri anak sehingga ia melupakan segala latihan yang sudah pernah dilakukan. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah gunakan baju yang mudah dilepas, sediakan pakaian kering kemanapun pergi. Buat keadaan jadi nyaman saat anak berpakaian kering. Begitu juga jika masih pakai diapers, jangan malas gantinya hehehe ~ngomong sama diri sendiri

Well, sekali lagi karena ini menyangkut kebiasaan jangan memaksa anak sekali latihan langsung paham ya. Semua butuh proses. Seperti kata pepatah ga kenal maka ga sayang, maka biarkan anak kenal dulu untuk kemudian sayang (sama 💩💩💩💩💩? WKWKWK) Sekali lagi, kalau memang anak terlihat kurang nyaman jangan guyur air saat anak masih duduk/masih di sekitar toilet nanti anak takut. Biarkan anak keluar dulu biar ga takut suara tersebut. Bayangin aja kalau kita nih ya lagi asyik ‘semedi’ terus ada yang gedor pintu bilang, “BURUAAAN” kan brabe ya, boro-boro keluar? mau ngeden aja malah gemetar. HAHAHA ~itu mah aku.

Oiya sempat ada pertanyaan menarik dari peserta, kalau anak cowok belajar pipis di toilet bagaimana?  Narasumber, dr. Herbowo Soetomenggolo mengatakan bahwa tak apa duduk lalu perlahan diajarkan berdiri.

  • Toilet jongkok?

Nah ini banyak sekali yang bertanya hal serupa, bagaimana melatih kebiasaan ini jika toilet yang ada di rumah hanya toilet jongkok ? Dengan pengalaman narasumber (yang anaknya ternyata susah juga beradaptasi) menggunakan toilet jongkok juga perlu diajarkan, tapi sebaiknya dengan menggunakan toilet jongkok yang bersih agar anak tidak merasa jijik. Coba saja jongkok walau tidak pipis/BAB, tapi jangan kelamaan ya.

Nah aku sempat nanya tentang kebiasaan Cha yang suka pipis dulu baru laporan. Jadi semacam, “cuuuuuuur” lalu dia teriak Mamah…papah… Cha pipisss” eh sudah menggenang deh jadi kolam. Kalau dari segi komunikasi, dr. Bowo menyarankan agar lebih sering menyampaikan secara sistematis urutan BAB/BAK daaaaaan tetep ya, JANGAN DIMARAHIN hehehe. Melihat kemauan anak untuk melapor (walau telat) harus kita apresiasi karena ini juga bagian dari proses ia belajar berkomunikasi dengan diri sendiri dan sekitarnya. Jangan terburu-buru, tapi jangan terlalu santai. Sebelum lima tahun anak diharapkan sudah terbiasa dengan aktivitas ini dan tidak mengompol lagi. Mengapa? bersambung di tulisan selanjutnya ya, mau mandiin Cha dulu. ~sambil praktik eek.

*SEMANGAT 💩

Tips & Trik: Squatty Potty bisa dipakai sebagai alat bantu agar proses BAB/BAK lebih nyaman. Pastikan tidak ada gangguan BAB pada anak pantau terus BAK nak. Jangan buru-buru, setelah berhasil tanpa diapers baru ganti menggunakan celana dalam. KONSISTEN: ingatkan anak ke toilet saat bangun dan sehabis makan

 

One thought on “~Tentang Toilet Training

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *