Belakangan ini kebiasaan Charita menggigit kumat lagi.
Ia doyan gigit apapun di hadapannya.
Mulai dari gigit sepatu, gigit sadel sepeda dan gigit tangan papski.
Daun-daun tanaman baru ku juga tak luput dari gemeretak giginya.
Dulu saat gigit nenen ia mudah paham dan tidak mengulanginya karena tahu aku akan sakit.
Sekarang usai gigit dia langsung pasang muka memelas atau malah nangis histeris.
Pernah suatu ketika aku lagi ikut kelas daring, seperti biasa Cha sibuk main tapi sesekali tetap menghampiriku.
Tiba-tiba ia bergelayut manja dan gigit telingaku hingga merah. Aku terkejut, kesal dan marah sekali waktu itu.
Beruntung masih eling segera kontrol emosi dan kontrol ekspresi.
Refleksku terjeda, kame-kameha tertunda.
Aku berusaha tenang dan memasang muka lempeng sambil kibas rambut untuk kembali fokus ke laptop lagi walau dalam hati bergemuruh luar biasa.
Memang sih, waktu itu aku sedang sensitif karena menstruasi dan ada beberapa pekerjaan yang harus kejar tengat waktu.
Aku akhirnya minta papski temani Cha seharian penuh. Malam harinya kami curcol saat pillow talk atur strategi dan bikin kesepakatan biar kejadian gigit menggigit ini tidak jadi drama #EfekRumahTangga lagi.
Walau sampai saat ini Cha masih suka gigit, kami berusaha untuk tetap mengingatkan kalau perbuatannya salah. Selebihnya, kami ingin konsisten memberikan pendampingan agar ia bisa mengungkapkan perasaannya.
Aku juga mau belajar menghadapi situasi demikian agar tidak seharian menghindar karena kesal.
Toh kesalahan ini adalah bagian dari proses belajar kami. Kesalahan ada untuk diakui, bukan untuk dihindari.
Selanjutnya kami berbenah, kembali berlatih untuk #DisiplinPositif dan #MencintaiDenganLebihBaik @keluargakitaid
Adakah yang punya pengalaman serupa?
Saat anak-anak berubah jadi jombi apa kita ajak jumba aja?
#NyebakGoarGoar