Posted in Tentang Beasiswa

~Tentang TOEFL untuk Beasiswa

Bayangkan bagaimana rasanya ketika idemu muntah-muntah di kepala tapi tak sepatah katapun keluar dari mulutmu.

Rasakan juga sensasinya saat paper setebal 25 halaman mendapat catatan dari dosen untuk diringkas menjadi lima halaman. Sesak Broh!

Gambar diambil dari sini

Perlukah Les Bahasa Inggris?
Jawabannya : Perlu! Terlebih lagi jika bahasa ibu bukanlah bahasa Inggris. Sepertinya les atau punya privat mentor akan membantu kita mencapai target belajar. Pengalamanku, ketika ikut les biasanya proses belajar dikemas secara menarik. Tentu ini akan menyenangkan karena membantu agar makin semangat menggali kemampuan lalu mempraktikkannya.

Dengan kita mencintai maka kita akan menikmati setiap proses belajarnya.

Jangan takut dan gengsi kalau memang kita tidak fasih berbahasa Inggris, itu adalah hal yang wajar. Pun setelah sampai di Amerika saya pun jadi tahu bahwa tidak semua orang di sini bisa bahasa Inggris dengan baik.

  • Les Bantu Tingkatkan Percaya Diri

1013638_925987384086919_79429074542030453_nDulu, sekitar tahun 2008 aku pernah ikut les bahasa Inggris. Saat itu sedang patah hati *tsah* lalu berusaha mencari kesibukan, kemudian memilih belajar bahasa untuk pelarian yang cukup bijak. Selebihnya sih karena sadar dengan nasib yang berbeda dengan orang-orang barat dan orang-orang yang kebarat-baratan. Sewaktu lahir juga tidak langsung terhubung dengan penuturnya dan memang tidak terbiasa juga berkomunikasi bahasa Inggris.

Ingat itu, aku harus menyelamatkan diri.

Ketika tuntutan zaman yang mengharuskan kita untuk mampu berbahasa internasional maka aku harus mulai BELAJAR!. Lesnya mahal? Iya mahal!

Aku harus berjuang untuk bisa membayarnya. Tidak membeli gawai yang sedang ngetrend, tidak jalan ke luar negeri (walaupun ngiler dengan tiket promo), tidak beli (terlalu banyak) pakaian bermerk. Menggunakan waktu libur untuk bekerja paruh waktu,  memanfaatkan kesempatan di sela-sela kuliah bikin proposal lomba. Kalau gajian atau menang kompetisi uangnya dipakai bayar les. Pernah suatu ketika, saat naik level, aku sempat kekurangan uang untuk bayar. Sempat ngajuin ‘pinjaman berkala’ pada orang tua. Memang malu untuk minta uang pada orang tua, tapi ya tebal muka saja. Pikirku daripada galau tak menentu, sebaiknya menantang diri untuk maju. Beruntungnya orang tua bersedia membantu (dengan banyak catatan salah satunya jangan sering bolos!) Ku sanggupi syarat tersebut dan bisa lanjut les lagi. Beberapa tingkat kemudian aku memilih untuk istirahat les, karena sudah move on dan dapat kesibukan baru. *nyengir*

Gambar di ambil di sini

  • Akrab & Kondisikan diri Aktif Berbahasa Inggris.

Setelah menyadari bahwa aku berada pada titik jemu, kehilangan tantangan, lelah dan butuh pengalihan (duh kayak pacaran lama aja ada titik jenuhnya-Pret curhat!) Aku mulai mencari cara lain untuk melatih diri yaitu ikut jadi panitia konferensi internasional (yang memaksa untuk bisa ngomong bahasa Inggris) atau nonton film berbahasa Inggris tanpa subtitle. Cara murah meriah lainnya dengan melatih speaking sambil ngapalin lirik lagu, melatih listening dengan mendengarkan berita, membiasakan reading dengan membaca novel berbahasa Inggris. Kata temanku cara ampuh lainnya adalah : PACARAN SAMA BULE. *nyengir*

~tapi oe ogah lah belum niat mencobanya karena niatan luhur untuk tetap cinta ploduk ploduk Endonesah! #SavePriaLokal

  • Ikuti Simulasi Tes TOEFL

Oke kembali serius! *plak*

Kenapa kita perlu ikut simulasi tes sih? Ya, karena secara mental kita akan latihan menghadapi situasi tes yg sebenarnya.  Alasan penting lainnya karena harganya lebih MURAH daripada tes sesungguhnya. Dengan mengikuti simulasi kita akan tahu peta kemampuan berbahasa kita. Session mana yang harus ditingkatkan, digenjot lagi, ulang lagi, ikut simulasi kalau bisa hingga 4-5 kali. Aku dulunya tidak percaya dengan cara yang satu ini, karena menurutku ini BUANG-BUANG DUIT! Tapi pada akhirnya aku memang harus melakukannya. Ku akali dengan mengikuti les bahasa Inggris yang sudah ada paket simulasi tes TOEFLnya. Lalu gimana kalau hasil simulasi tak kunjung ada peningkatan padahal sudah merasa cukup asupan belajar dan latihannya?

Kalau nilai ga kunjung mencapai target, langsung saja daftar tes yang sebenarnya.

*tutup mata buka dompet*

  • Take the Real Test!
Kenangan saat tes TOEFL IBT yang kedua, tempat tes belum buka! ~gelendotan di dada Theo Jame

Ini adalah medan perang yang sebenarnya. Ibaratnya punya gebetan ya jangan PDKT melulu, sikat! tembak! libas! begal! *eh kok malah seram* pokoknya take risk dan majulah sebagai ksatria. Jangan terlalu banyak mikir dan terkurung dalam ketakutan tak berhasil. (nanti kamu keburu ditikung di pengkolan, JUST DO IT!

Pada tahapan ini, di saat kita bayar jutaan rupiah, sudah sepantasnya kita mempersiapkan diri dengan baik untuk membuktikan kesungguhan kita belajar untuk mencapai target yang ditentukan. Jaga kondisi saat test? (ga lucu kan kalau pas test kamu tiba-tiba diare?) Jangan lupa sarapan (karena ga lucu juga kalau kamu tiba-tiba pingsan saat baca reading session yang topiknya lebih menyakitkan dari sekadar SMS pacar minta putus!) .

Hal penting lainnya adalah banyaklah berdoa! Percaya tak percaya kita butuh dukungan semesta. Ga lucu kan kalau kamu telat karena motormu tiba-tiba mogok, mendadak hujan deras lalu banjir atau pacar minta putus tiba-tiba lalu banjir air mata? duh!

Makanya bekali diri dengan doa, niscaya saat tes TOEFL kita akan lebih sigap dan siap. Kali aja ‘kerauhan’ setan British! was wes wos bablas angine! Target skor pun terpenuhi.

Tapi balik lagi ke pasal utama, kapan kita tahu skor kita memenuhi syarat beasiswa?ya setelah melakukan tes!

Pokokne to kuncine!

Oke jadi itu sedikit sharing dariku tentang kegalauan berbahasa Inggris. Kalau kamu punya ide lainnya yang bisa membantu sesama untuk lebih maju silakan bagi di kolom komen ya.

Anyway cuma mau mengingatkan, pasang target skor tinggi boleh saja tapi tetap buka mata terhadap kemampuan diri sendiri ya. Jangan berekspektasi jika tak dibarengi keinginan untuk apresiasi diri. Kalau untuk daftar beasiswa dengan menggunakan skor TOEFL (ITP/IBT) satu strip di atas batas minimal yang disyaratkan oleh beasiswa yang diincar, cukup lah ya. Ga perlu nunggu skor sempurna untuk daftar tapi keteteran dengan persiapan administrasi lainnya. Tapi balik lagi, kalau mau pasang target tinggi tentu akan baik sekali, sekalian juga yakinkan diri mampu mencapainya.

Jangan lek atau malu kalau ketemu wisatawan di warung. Berkomunikasi dengan penutur asing akan membantu kita lebih cepat fasih berbahasa asing.

Ubah ‘jejeh’ jadi ‘jengah’ !

Yuk belajar bahasa Inggris di Amerika *kemudian ditelan dialek*

 

 

PS:

Jadwal Tes TOEFL ITP APRIL –> IIEF on twitter

Pendaftaran Beasiswa PRESTASI –> USAID PRESTASI on Twitter

5 thoughts on “~Tentang TOEFL untuk Beasiswa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *